Jumat, 24 Desember 2010

♥ POLIGAMI ♥


  Dalam Antropologi Sosial, Poligami merupakan praktik pernikahan yang di lakukan lebih dari satu kali.
  Berlawanan dengan monogami, di mana seseorang hanya melakukan satu kali pernikahan.
Poligami menurut kaidah islam adalah salah satu upaya untuk menyelamatkan kaum wanita dari dekadensi moral yang diakibatkan oleh ketidak seimbangan jumlah perempuan dengan laki-laki yang lahir dalam kurun waktu tertentu.
 Menurut Badan Dunia PBB yang menangani Komunitas Penduduk Dunia dilaporkan jumlah perbandingan perempuan dan laki-laki di tahun {2008} adalah 1 : 7 artinya satu kelahiran laki-laki akan dibarengi oleh 7 perempuan yang lahir. Artinya jika 1 perempuan menikah maka terdapat 6 perempuan yang tidak kebagian pasangan hidupnya dan ini dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Disatu sisi perempuan ingin menikah dilain pihak laki-laki yang tersedia cukup untuk satu orang perempuan.
Ketidak seimbangan jumlah perempuan dan laki-laki itu menyebabkan terjadinya misintersepsi tentang hakikat perkawinan dikarenakan adanya persaingan perempuan untuk mendapatkan laki-laki idamannya.
  Dari yang 6 orang perempuan yang tidak mendapatkan pasangannya dikarenakan tekanan sosial dan ekonomi dalam masyarakat akan tercipta kondisi sebagai berikut :
 1. Terciptanya pemahaman yang salah tentang poligami dikarenakan oleh sempitnya pengetahuan akan agama sehingga menyebabkan semakin jauhnya perempuan untuk mendapatkan pasangannya sementara umur semakin bertambah {dapat mengurangi nilai persaingan}.
   2.    Berhasilnya misi Yahudi untuk menanamkan image terjadap kaum wanita bahwa poligami adalah sesuatu yang tabu untuk dilakukan dan akan berakhir sengsara. Kaum wanita tidak menyadari bahwa kondisi sekarang ini paham yahudi sangat menyudutkan kaum wanita, selintas seperti memahami kaum wanita padahal menyudutkan wanita pada kondisi serba salah yang berujung merana lahir batin.
Terdapat dua bentuk poligami, yaitu Poligini (seorang Pria memiliki beberapa Istri sekaligus), 
Poliandri (seorang Wanita memiliki beberapa Suami sekaligus), dan
Kedua bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah,
Namum poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi.
Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan, Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.

Dampak poligami terhadap anak :
  Poligami saat ini tampaknya makin banyak dilakukan. Banyak pihak yang menentang tetapi banyak juga yang mendukung poligami karena dianggap tidak bertentangan dengan agama. Jika poligami dilakukan tanpa menghiraukan pendapat anak dan hal ini berdampak negatif pada proses tumbuh kembangnya.
  "Pada dasarnya semua anak mengharapkan memiliki keluarga yang ideal yang terdiri dari satu ayah dan satu ibu. Anak ingin selalu disayangi dan mendapatkan perhatian secara penuh. Saat ayah melakukan poligami maka rasa cemburu, marah, sedih kecewa tentu tidak bisa dihindari," menurut Seto Mulyadi, psikolog anak
  Menurut pria yang akrab dipanggil kak Seto ini, perasaan marah, kecewa dan cemburu tersebut, bisa menumpuk dan akan menggangu emosi anak. Tidak hanya berdampak pada psikologisnya tetapi juga pada fisik dan prestasi akademiknya. Keceriaan anak pun akan berkurang bahkan menghilang akibat tumpukan emosi tersebut.
  "Tumpukan emosi bisa membuat anak berubah seratus delapan puluh derajat dari yang ceria menjadi pemarah, menutup diri, sulit diatur, dan  membangkang. Pikiran anak yang dipenuhi emosi ini bisa menghambat tumbuh kembang anak baik secara psikis, fisik dan bisa menghambat prestasinya di sekolah" jelas Kak Seto.Menurut pengalaman Kak Seto, anak-anak yang ayahnya berpoligami cenderung tidak menerimanya dan melakukan reaksi penolakan. Hal ini juga berdampak pada hubungan anak dan ayah menjadi lebih renggang.
  "Jika memang sang ayah melakukan poligami, cobalah berbesar hati meminta maaf pada anak. Karena, poligami pasti melukai anak dan bisa membuatnya berpikir negatif dan apatis terhadap lembaga pernikahan kelak. Menjelaskan dengan kesabaran dan meminta maaf adalah salah satu acara untuk meminimalisir dampak negatif poligami bagi anak," kata Kak Seto.
  Selain dampak negatif, jika dilihat dari sisi positif, poligami bisa mengajarkan beberapa hal. "Anak akan menjadi belajar lebih tegar dalam menghadapi sebuah persoalan, ia juga bisa memiliki toleransi yang lebih tinggi dan jika diberikan pengertian dengan baik pikirannya bisa lebih menerima hal-hal yang dianggap sulit untuk diterima banyak orang," tandas Kak Seto.