Dalam
Antropologi Sosial, Poligami merupakan praktik pernikahan yang di lakukan lebih
dari satu kali.
Berlawanan dengan monogami, di mana seseorang hanya
melakukan satu kali pernikahan.
Poligami menurut
kaidah islam adalah salah satu upaya untuk menyelamatkan kaum wanita dari
dekadensi moral yang diakibatkan oleh ketidak seimbangan jumlah perempuan
dengan laki-laki yang lahir dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Badan Dunia PBB yang menangani Komunitas Penduduk Dunia dilaporkan jumlah perbandingan perempuan dan laki-laki di tahun {2008} adalah 1 : 7 artinya satu kelahiran laki-laki akan dibarengi oleh 7 perempuan yang lahir. Artinya jika 1 perempuan menikah maka terdapat 6 perempuan yang tidak kebagian pasangan hidupnya dan ini dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Disatu sisi perempuan ingin menikah dilain pihak laki-laki yang tersedia cukup untuk satu orang perempuan.
Ketidak seimbangan jumlah perempuan dan laki-laki itu menyebabkan terjadinya misintersepsi tentang hakikat perkawinan dikarenakan adanya persaingan perempuan untuk mendapatkan laki-laki idamannya.
Menurut Badan Dunia PBB yang menangani Komunitas Penduduk Dunia dilaporkan jumlah perbandingan perempuan dan laki-laki di tahun {2008} adalah 1 : 7 artinya satu kelahiran laki-laki akan dibarengi oleh 7 perempuan yang lahir. Artinya jika 1 perempuan menikah maka terdapat 6 perempuan yang tidak kebagian pasangan hidupnya dan ini dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Disatu sisi perempuan ingin menikah dilain pihak laki-laki yang tersedia cukup untuk satu orang perempuan.
Ketidak seimbangan jumlah perempuan dan laki-laki itu menyebabkan terjadinya misintersepsi tentang hakikat perkawinan dikarenakan adanya persaingan perempuan untuk mendapatkan laki-laki idamannya.
Dari yang 6 orang perempuan yang tidak mendapatkan pasangannya dikarenakan tekanan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat akan tercipta kondisi sebagai berikut :
1. Terciptanya pemahaman yang salah tentang poligami dikarenakan oleh sempitnya
pengetahuan akan agama sehingga menyebabkan semakin jauhnya perempuan untuk
mendapatkan pasangannya sementara umur semakin bertambah {dapat mengurangi
nilai persaingan}.
2. Berhasilnya misi Yahudi untuk menanamkan image terjadap kaum wanita bahwa
poligami adalah sesuatu yang tabu untuk dilakukan dan akan berakhir sengsara.
Kaum wanita tidak menyadari bahwa kondisi sekarang ini paham yahudi sangat
menyudutkan kaum wanita, selintas seperti memahami kaum wanita padahal
menyudutkan wanita pada kondisi serba salah yang berujung merana lahir batin.
Terdapat dua bentuk poligami, yaitu Poligini
(seorang Pria memiliki beberapa Istri sekaligus),
Poliandri (seorang Wanita memiliki beberapa Suami sekaligus), dan
Poliandri (seorang Wanita memiliki beberapa Suami sekaligus), dan
Kedua
bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah,
Namum
poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi.
Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan, Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.
Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan, Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.
Dampak
poligami terhadap anak :
Poligami
saat ini tampaknya makin banyak
dilakukan. Banyak pihak yang menentang tetapi banyak juga yang mendukung
poligami karena dianggap tidak bertentangan dengan agama. Jika poligami
dilakukan tanpa menghiraukan pendapat anak dan hal ini berdampak negatif pada
proses tumbuh kembangnya.
"Pada dasarnya semua anak mengharapkan
memiliki keluarga yang ideal yang terdiri dari satu ayah dan satu ibu. Anak
ingin selalu disayangi dan mendapatkan perhatian secara penuh. Saat ayah
melakukan poligami maka rasa cemburu, marah, sedih kecewa tentu tidak bisa
dihindari," menurut Seto Mulyadi, psikolog anak
Menurut pria yang akrab dipanggil kak Seto ini,
perasaan marah, kecewa dan cemburu tersebut, bisa menumpuk dan akan menggangu
emosi anak. Tidak hanya berdampak pada psikologisnya tetapi juga pada fisik dan
prestasi akademiknya. Keceriaan anak pun akan berkurang bahkan menghilang
akibat tumpukan emosi tersebut.
"Tumpukan emosi bisa membuat anak berubah seratus delapan puluh derajat dari yang ceria menjadi pemarah, menutup diri, sulit diatur, dan membangkang. Pikiran anak yang dipenuhi emosi ini bisa menghambat tumbuh kembang anak baik secara psikis, fisik dan bisa menghambat prestasinya di sekolah" jelas Kak Seto.Menurut pengalaman Kak Seto, anak-anak yang ayahnya berpoligami cenderung tidak menerimanya dan melakukan reaksi penolakan. Hal ini juga berdampak pada hubungan anak dan ayah menjadi lebih renggang.
"Tumpukan emosi bisa membuat anak berubah seratus delapan puluh derajat dari yang ceria menjadi pemarah, menutup diri, sulit diatur, dan membangkang. Pikiran anak yang dipenuhi emosi ini bisa menghambat tumbuh kembang anak baik secara psikis, fisik dan bisa menghambat prestasinya di sekolah" jelas Kak Seto.Menurut pengalaman Kak Seto, anak-anak yang ayahnya berpoligami cenderung tidak menerimanya dan melakukan reaksi penolakan. Hal ini juga berdampak pada hubungan anak dan ayah menjadi lebih renggang.
"Jika memang sang ayah melakukan poligami,
cobalah berbesar hati meminta maaf pada anak. Karena, poligami pasti melukai
anak dan bisa membuatnya berpikir negatif dan apatis terhadap lembaga pernikahan
kelak. Menjelaskan dengan kesabaran dan meminta maaf adalah salah satu acara
untuk meminimalisir dampak negatif poligami bagi anak," kata Kak Seto.
Selain dampak negatif, jika dilihat dari sisi
positif, poligami bisa mengajarkan beberapa hal. "Anak akan menjadi
belajar lebih tegar dalam menghadapi sebuah persoalan, ia juga bisa memiliki
toleransi yang lebih tinggi dan jika diberikan pengertian dengan baik
pikirannya bisa lebih menerima hal-hal yang dianggap sulit untuk diterima
banyak orang," tandas Kak Seto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar