Proses-proses kekalutan mental yang
dialami oleh sesorang dapat mendorongnya ke arah berikut ini :
- Positif, bila trauma (luka
jiwa) yang dialami seseorang akan dijawab secara baik sebagai usaha agar
tetap survive dalam hidup. Misalnya, melakukan shalat Tahajud bagi umat
Islam waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan
keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau melakuka kegiatan
yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan (Dalam pepatah dikatakan;
Hendaknya jatuh tupai janganlah sampai jatuh tapai!).
- Negatif, bila trauma yang
dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami
frustrasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang
diinginkan.
Bentuk frustrasi yang dialami orang dewasa antara lain sebagai berikut
- Agresi, serangan
berupa kemarahan yang meluap akibat emosi yang tidak terkendalikan. Secara
fisik berakibat mudah terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi), atau
melakukan tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
- Regresi, kembali pada
pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil), misalnya dengan
menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung dan merusak barang-barang.
- Fiksasi, peletakan
atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu,
memukul-mukul dada sendiri dan membentur-benturkan kepala pada benda
keras.
- Proyeksi, usaha
mendapatkan, melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang
negatif pada orang lain. Kata pepatah : awak yang tidak pandai menari,
dikatakan lantai yang terjungkat.
- Indentifikasi, menyamakan diri
dengan seseorang yang sukses dalam imajinasi, misalnya dalam kecantikan,
yang bersangkutan menyamakan dirinya dengan bintang film, atau dalam soal
harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
- Narsisme, self love yang
berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari
pada orang lain.
- Autisme, gejala menutup
diri secara total dari dunia riil, tidak ingin berkomunikasi dengan orang
luar, dan merasa tidak puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus
pada sifat yang sinting.
Oleh karena itu, penderita kekalutan
mental lebih banyak terdapat dalam lingkungan :
- Kota-kota besar banyak
memberikan tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa
dikejar-kejar dalam memenuhi keperluan hidupnya. Akibatnya, sebagian orang
tidak mau tahu penderitaan orang lain, timbullah egoisme yang merupakan
salah satu ciri masyarakat kota.
- Anak-anak usia muda tidak
berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena
tidak berimbanganya kemampuan dengan tujuannya, dan karena belum
berpengalaman. Orang-orang usia tua pun sering mengalami penderitaan dalam
kenyataan hidupnya, akibat norma lama yang dipegangnya secara teguh sudah
tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
- Wanita umumnya lebih mudah
merasakan suatu masalah dan memendamnya di dalam hati (introver). Namun,
sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara mereka memiliki kondisi
tubuh yang lebih lemah. Hal ini mengakibatkan mereka banyak memendam
masalah dalam hati, sehingga tidaklah mengherankan kalau kaum wanita
banyak yang menjadi penderita psikosomatik (penyakit akibat gangguan
kejiwaan) dari pada kaum pria.
- Orang-orang yang
tidak beragama tidak memiliki keyakinan bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang
lebih tinggi sehingga sikap pasrah pada umumnya tidak dikenalnya. Dalam
keadaan yang sulit, orang seperti ini mudah sekali megalami penderitaan,
diperkirakan bahwa jumlah penderita golongan ini mencapai 40 %.
- Orang yang terlalu
mengejar materi, seperti pedagang dan pengusaha, selalu memiliki sifat ‘gigiah’ dalam
memperoleh tujuan kegiatanya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin.
Mereka adalah kaum materialis dan biasanya mengabaikan masalah spiritual
yang justeru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar